Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Konsep Belajar

Belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan sehingga membuat suatu perubahan perilaku yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor. Dari pemahaman tentang pengertian belajar ini, terdapat tiga atribut pokok (ciri utama) belajar, yaitu proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.

1. Proses

Belajar adalah proses mental dan emosional atau bisa disebut juga sebagai proses berfikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila fikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas fikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi akan terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar itu). Guru tidak dapat melihat aktivitas fikiran dan perasaan siswa. Yang dapat diamati oleh guru ialah manifestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas fikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut.

Sebagai contoh: siswa bertanya, siswa menjawab pertanyaan, siswa menanggapi, siswa melakukan diskusi, siswa menjawab soal, siswa mengamati sesuatu, siswa melaporkan hasil pekerjaannya, siswa membuat rangkuman, dan sebagainya.

Kegiatan-keiatan tersebut hanya akan muncul jika adanya aktifitas mental (fikiran dan perasaan). Sekarang muncul persoalan, bila siswa hanya duduk saja pada saat kita menjelaskan pelajaran kepada mereka, apakah siswa tersebut belajar? Bila siswa tersebut duduk sambil menyimak pelajaran yang kita jelaskan, maka siswa itu belajar, karena pada saat menyimak pelajaran terjadi aktifitas mental. Tetapi apabila siswa duduk sambil melamun atau fikirannya melayang-layang kepada hal diluar pelajaran yang sedang diajarkan, jelas siswa tersebut tidak mempelajari pelajaran yang diajarkan.

2. Perubahan Perilaku

Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai (sikap).

Menurut para ahli psikologi tidak semua perubahan perilaku dapat digolongkan ke dalam hasil belajar. Perubahan perilaku karena kematangan (umpamanya seorang anak kecil dapat merangkak, duduk, atau berdiri, berjalan lebih banyak disebabkan oleh kematangan daripada oleh belajar). Demikian pula perubahan perilaku yang tidak disadari karena meminum minuman keras, tidak digolongkan ke dalam perubahan perilaku hasil belajar.

Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), dimana proses mental dan emosional terjadi. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga ranah (kawasan), yaitu: pengetahuan (kognitif), keterampilan motorik (psikomotorik), dan penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif). Di dalam pembelajaran perubahan perilaku sebagai hasil belajar tersebut dirumuskan di dalam rumusan tujuan pembelajaran.

Coba perhatikan contoh di bawah ini :

1)       Siswa memahami ciri-ciri mahluk hidup.

2)       Siswa menghargai kebaikan teman yang telah memberi pertolongan.

3)       Siswa dapat mengukur luas bangun datar.

4)       Siswa dapat membuat anyaman dengan menggunakan bahan dari bambu.

5)       Siswa dapat mempraktekkan solat dengan benar.

Rumusan tujuan pembelajaran nomor berapa yang dapat dikelompokkan ke dalam ranah kognitif? Ya tentunya rumusan tujuan pembelajaran nomor satu dan tiga termasuk ranah kognitif. Rumusan tujuan pembelajaran nomor dua termasuk ranah afektif, dan rumusan tujuan pembelajaran nomor empat dan lima termasuk ranah psikomotorik.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar pada aspek afektif, termasuk perubahan aspek emosional. Perubahan tingkah laku ini tidak dapat diamati dengan cepat, tapi membutuhkan waktu yang relatif lama. Misalnya seorang anak oleh kedua orang tuanya dibiasakan berlaku santun, bersikap jujur, terbuka, mampu berkomunikasi, memiliki tanggung jawab, semua perilaku ini perubahannya memakan waktu yang relatif lama, namun perubahan tersebut akan relatif permanen menerap pada diri seorang anak.

Perubahan hasil belajar juga dapat ditandai dengan perubahan kemampuan berfikir. Untuk itu seorang guru harus mampu mengembangkan proses pembelajran yang melatih kemampuan berfikir kritis, misalnya biasa mengembangkan kemampuan memecahkan masalah melalui model pembelajaran problem solving dan masih banyak lagi model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis. Oleh karena perubahan prilaku siswa dalam proses pembelajaran sebagai sasaran satu tujuan yang harus dicapai, maka perubahan perilaku harus dirumuskan lebih dulu dalam suatu rumusan tujuan pembelajaran, sehingga dalam suatu proses pembelajaran akan lebih terukur pencapaian perubahan perilaku yang diharapkan.

Lalu, ranah perilaku mana yang harus dimiliki siswa setelah salah satu pokok/sub-pokok bahasan diajarkan kepada mereka? bergantung kepada kompetensi dasar atau indikator hasil belajar yang telah dirumuskan di dalam silabus. Contoh- contoh tadi merupakan gambaran mengenai perubahan perilaku atau tingkah laku sebagai hasil belajar.

3. Pengalaman

Belajar adalah mengalami artinya belajar terjadi di dalam interaksi antara individu dengan lingkungan , baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik, contohnya: buku, media, perpustakaan, alam sekitar. Lingkungan sosial contohnya: guru, siswa, pustakawan, kepala sekolah.

Lingkungan pembelajaran yang baik adalah lingkungan yang dapat menstimulasi dan menantang siswa untuk belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan media biasanya akan kurang merangsang siswa untuk belajar lebih giat.

Belajar bisa melalui pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung. Belajar melalui pengalaman langsung, contohnya siswa belajar secara mandiri dengan mengalaminya sendiri. Bila siswa belajar tentang sholat yang dilaksanakan di mesjid atau mushola yang ada di lingkungan sekolah melalui praktik langsung yang dibimbing langsung oleh guru agama maka siswa akan memperoleh pengalaman langsung bagaimana cara melakukan sholat yang benar termasuk membaca bacaan sholat karena siswa melihat langsung melalui contoh yag diperagakan oleh guru. Belajar seperti itu disebut belajar melalui pengalaman langsung. Akan tetapi bila siswa mengetahuinya karena membaca buku atau mendengarkan penjelasan guru, maka belajar seperti itu disebut belajar melalui pengalaman tidak langsung.

Belajar dengan melalui pengalaman langsung hasilnya akan lebih baik, karena siswa akan lebih memahami dan lebih menguasai pelajaran tersebut. Bahkan nantinya siswa akan merasakan pelajaran terasa lebih bermakna.

Perhatikan contoh kegiatan belajar di bawah ini:

1) Siswa Kelas IV SD mengamati bagian-bagian tubuh ikan dari gambar yang dipasang di papan tulis .

2) Siswa Kelas V SD sedang asyik mendengarkan penjelasan guru mengenai perjuangan Pangeran Diponegoro pada saat melawan penjajahan Belanda.

3) Siswa kelas III membuat bentuk persegi panjang dari kertas yang panjangnya 15 cm dan lebar 8 cm. Kemudian dipinggir persegi panjang tersebut dibutuhkan titik pada setiap jarak satu cm. Titik dengan titik yang berhadapan yang terdapat pada kedua pinggir yang panjang dihubungkan dengan garis. Demikian pula titik dengan titik yang berhadapan pada kedua pinggir lain. Akhirnya siswa memperoleh 120 kotak dengan ukuran satu x satu cm. Dari kegiatan itu siswa memperoleh rumus luas segi panjang (panjang x lebar).

Kegiatan belajar mana, yang menurut Anda termasuk pada belajar melalui pengalaman langsung? Kegiatan belajar nomor tiga? Ya’, betul. Dari kegiatan belajar tersebut, siswa kelas III memahami rumus luas segi panjang, karena mereka menemukan sendiri melalui pengalaman langsung; Lain halnya dengan kegiatan belajar nomor dua. Mereka (siswa Kelas V itu) belajar melalui pengalaman tidak langsung. Bagaimana dengan kegiatan belajar nomor satu? Melalui pengalaman langsung atau bukan? Walaupun bukan pengalaman langsung, akan tetapi belajar seperti itu melalui pengamatan langsung. Nilainya hampir sama dengan belajar melalui pengalaman langsung.

Post a Comment for "Konsep Belajar"